Rumah adat dari 34 provinsi di indonesia

1.Provinsi Nanggro Aceh Darussalam – Rumah Adat Krong Bade
 
Rumah Krong Bade adalah rumah adat dari Nanggroe Aceh Darussalam.Rumah Krong Bade juga biasa dikenal dengan nama rumoh Aceh.Rumah ini mempunyai tangga depan yang digunakan bagi tamu atau orang yang tinggal untuk masuk di dalam rumah.Rumah Krong Bade adalah satu budaya Indonesia yang hampir punah.Rumah Krong Bade saat ini sudah jarang dipakai karena hampir sebagian banyak masyarakat aceh memilih untuk tinggal di rumah modern.Hal ini dikarenakan harga pembangunan rumah modern jauh lebih murah dibandingkan dengan Rumah Krong Bade.Selain biaya pembangunan, biaya perawatan Rumah Krong Bade juga memakan biaya yang tidak sedikit
2. Provinsi Sumatera Utara – Rumah Adat Bolon

 
Rumah Bolon adalah rumah adat dari suku Batak yang ada di Indonesia. Rumah Bolon berasal dari daerah Sumatera Utara.Rumah Bolon adalah simbol dari identitas masyarakat Batak yang tinggal di Sumatera Utara. Pada zaman dahulu kala, rumah Bolon adalah tempat tinggal dari 13 raja yang tinggal di Sumatera Utara. 13 Raja tersebut adalah Raja Ranjinman, Raja Nagaraja, Raja Batiran, Raja Bakkaraja, Raja Baringin, Raja Bonabatu, Raja Rajaulan, Raja Atian, Raja Hormabulan, Raja Raondop, Raja Rahalim, Raja Karel Tanjung, dan Raja Mogam.Ada beberapa jenis rumah Bolon dalam masyarakat Batak yaitu rumah Bolon Toba, rumah Bolon Simalungun, rumah Bolon Karo, rumah Bolon Mandailing, rumah Bolon Pakpak, rumah Bolon Angkola. Setiap rumah mempunyai ciri khasnya masing-masing. Sayangnya, rumah Bolon saat ini jumlah tidak terlalu banyak sehingga beberapa jenis rumah Bolon bahkan sulit ditemukan.Saat ini, rumah bolon adalah salah satu objek wisata di Sumatera Utara. Rumah Bolon adalah salah satu budaya Indonesia yang harus dilestarikan.
3.Provinsi Sumatera Barat – Rumah Adat Gadang
Rumah Gadang atau Rumah Godang adalah nama untuk rumah adat Minangkabau yang merupakan rumah tradisional dan banyak di jumpai di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Rumah ini juga disebut dengan nama lain oleh masyarakat setempat dengan nama Rumah Bagonjong atau ada juga yang menyebut dengan nama Rumah Baanjuang.Rumah dengan model ini juga banyak dijumpai di Negeri Sembilan, Malaysia. Namun tidak semua kawasan di Minangkabau (darek) yang boleh didirikan rumah adat ini, hanya pada kawasan yang sudah memiliki status sebagai nagari saja Rumah Gadang ini boleh didirikan. Begitu juga pada kawasan yang disebut dengan rantau, rumah adat ini juga dahulunya tidak ada yang didirikan oleh para perantau Minangkabau.
4.Provinsi Riau – Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar
Rumah tradisional masyarakat Riau pada umumnya adalah rumah panggung yang berdiri diatas tiang dengan bentuk bangunan persegi panjang. Dari beberapa bentuk rumah ini hampir serupa, baik tangga, pintu, dinding, susunan ruangannya sama, dan memiliki ukiran melayu seperti selembayung, lebah bergayut, pucuk rebung dll. Selaso jatuh kembar sendiri bermakna rumah yang memiliki dua selasar (selaso, salaso) yang lantainya lebih rendah dari ruang tengah.
5.Provinsi Kepulauan Riau – Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar
Rumah Selaso Jatuh Kembar merupakan bangunan seperti rumah adat tapi fungsinya bukan untuk tempat tinggal melainkan untuk musyawarah atau rapat secara adat. Rumah Selaso Jatuh Kembar sering disebut juga dengan nama Balai salaso jatuh oleh warga melayu Riau.
Sesuai dengan fungsinya bangunan ini mempunyai macam-macam nama antara lain Balairung Sari, Balai Pengobatan, Balai Kerapatan dan lain-lain.
Bangunan adat ini hanya tinggal beberapa rumah saja karena didesa-desa sekarang bila ingin melakukan musyawarah dilakukan di rumah Penghulu, sedangkan yang menyangkut keagamaan dilakukan di masjid.
Ruangan rumah ini terdiri dari ruangan besar untuk tempat tidur. ruangan bersila, anjungan dan dapur. Rumah adat ini dilengkapi pula dengan Balai Adat yang dipergunakan untuk pertemuan dan musyawarah adat.
6.Provinsi Jambi – Rumah Adat Panjang
https://www.jatikom.com/2015/11/gambar-rumah-adat-indonesia-34-provinsi.html
Rumah Panjang adalah salah satu rumah adat dari daerah Kalimantan Barat.Rumah Panjang adalah ciri khas dari masyarakat Dayak yang tinggal di daerah Kalimantan Barat. Hal ini dikarenakan rumah panjang adalah gambaran sosial kehidupan masyarakat Dayak di Kalimantan Barat. Rumah panjang juga merupakan pusat kehidupan dari masyarakat Dayak. Saat ini, rumah panjang di Kalimantan Barat dapat dikatakan hampir punah karena jumlahnya yang sedikit.Pada tahun 1960, pemerintah menghancurkan beberapa rumah panjang karena dicurigai menganut paham komunis..[Rumah panjang di daerah Kalimantan Barat identik dengan rumah panjang yang ada di Kalimantan Tengah.Hal ini dikarenakan letak geografi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah yang sangat berdekatan. Keduanya sama-sama dikenal dengan nama Rumah Betang.
7.Provinsi Sumatera Selatan – Rumah Adat Limas
Rumah Limas merupakan prototipe rumah tradisional Sumatra Selatan. Selain ditandai dengan atapnya yang berbentuk limas, rumah tradisional ini memiliki lantai bertingkat-tingkat yang disebut Bengkilas dan hanya dipergunakan untuk kepentingan keluarga seperti hajatan. Para tamu biasanya diterima diteras atau lantai kedua.
8.Provinsi Bangka Belitung – Rumah Adat Rakit dan Limas 
Asal usul rumah rakit, konon  rumah-rumah rakit yang dibangun di pinggir-pinggir Sungai Musi ini dulunya dihuni oleh warga keturunan Tionghoa. Disebut sebagai rumah rakit, karena bentuk dan rupanya memang seperti rakit yang lengkap. Dibangun diatas sungai karena dahulu sungai dianggap sebagai sumber makanan mata pencaharian dan sumber air.Fungsinya rumah rakit tidak hanya untuk membawa orang yang ada di atasnya ke suatu tempat (sebagai alat transportasi) tapi juga digunakan sebagai rumah tinggal terapung.
9.Provinsi Bengkulu – Rumah Bubungan Lima
https://www.jatikom.com/2015/11/gambar-rumah-adat-indonesia-34-provinsi.html
Rumah Bubungan Lima adalah rumah adat dari provinsi Bengkulu. Rumah ini memiliki model seperti rumah panggung yang ditopang oleh beberapa tiang penopang.Rumah ini bukanlah rumah tinggal seperti pada umumnya.Rumah ini biasanya dipakai untuk acara adat masyarakat Bengkulu. Rumah ini terbagi atas tiga bagian yaitu rumah bagian atas, rumah bagian tengah, dan rumah bagian bawah.Rumah Bubungan Lima memiliki materi dasar yaitu kayu.Kayu yang dipilih pun bukan kayu sembarangan melainkan kayu yang kuat dan tahan lama.Kayu yang biasanya digunakan untuk membangun Rumah Bubungan Lima adalah Kayu Medang Kemuning.Rumah Bubungan Lima dibangun tinggi agar menghindari pemilik rumah beserta keluarga dari serangan binatang liar dan juga dari bencana alam seperti banjir.Karena tinggi Rumah Bubungan Lima ini, maka orang-orang yang hendak masuk ke dalam rumah pun harus menggunakan tangga.Tangga yang digunakan untuk masuk ke dalam rumah umumnya mempunyai jumlah anak tangga yang ganjil sesuai dengan kepercaaan masyarakat Bengkulu. Rumah Bubungan Lima ini merupakan salah satu Budaya Indonesia yang menjadi objek wisata.
10.Provinsi Lampung – Rumah Adat Nowou Sesat
Rumah tradisional adat Lampung ini termaksud kategori rumah panggung. Atapnya terbuat dari anyaman ilalang dan sebagian besar bahnnya terbuat dari kayu. Bentuk rumah panggun ini untuk menghindari serangan hewan dan lebih kokoh bila terjadi gempa bumi, karena masyarakat lampung telah mengenal gempa dari zaman dahulu dan lampung terletak di pertemuan lempeng Asia dan Australia.Terdapat ornamen yang khas pada bagian sisi bangunan tertentu rumah sessat ini. Umumnya bentuk rumah sessat berbentuk rumah besar. Namun saat ini bentuknya tidak terlalu besar. Di perkampungan penduduk asli Lampung sebagian besar rumah adat ini dibangun tidak bertiang dan berlantai di tanah dengan fungsi yang tetap sama.
11.Provinsi DKI Jakarta – Rumah Adat Kebaya
Rumah kebaya merupakan sebuah nama rumah adat suku Betawi Disebut dengan rumah kebaya dikarenakan bentuk atapnya yang menyerupai pelana yang dilipat dan apabila dilihat dari samping maka lipatan-lipatan tersebut terlihat seperti lipatan kebaya.
12.Provinsi Jawa Barat – Rumah Adat Kasepuhan Cirebon
Rumah Kasepuhan Cirebon Keraton Kasepuhan didirikan sekitar tahun 1529 oleh Pangeran Cakrabuana, putra Prabu Siliwangi dari Kerajaan Padjajaran. Keraton ini merupakan perluasan dari Keraton Pakungwati, yang merupakan keraton yang telah ada sebelumnya. Walaupun telah berusia tua, kompleks bangunan tradisional ini masih terawat dengan baik.
13.Provinsi Banten – Rumah Adat Baduy
Secara umum rumah adat Baduy merupakan rumah panggung yang hampir secara keseluruhan rumah menggunakan bahan bambu. Rumah adat baduy ini sendiri terkenal dengan kesederhanaan, dan dibangun berdasarkan naluri manusia yang ingin mendapatkan perlindungan dan kenyamanan.

14.Provinsi Jawa Tengah – Rumah Adat Joglo
Joglo adalah rumah adat masyarakat Jawa. Bagian-bagian joglo yaitu :
pendapa.
pringgitan.
dalem.
sentong.
gandok tengen.
gandok kiwo.
Bagian pendapa adalah bagian paling depan Joglo yang mempunyai ruangan luas tanpa sekat-sekat, biasanya digunakan sebagai tempat pertemuan untuk acara besar bagi penghuninya. Seperti acara pagelaran wayang kulit, tari, gamelan dan yang lain. Pada waktu ada acara syukuran biasanya sebagai tempat tamu besar. Pendopo biasanya terdapat soko guru, soko pengerek, dan tumpang sari.
Bagian Pringgitan adalah bagian penghubung antara pendopo dan rumah dalem. Bagian ini dengan pendopo biasanya di batasi dengan seketsel dan dengan dalem dibatasi dengan gebyok. Fungsi bagian pringgitan biasanya sebagai ruang tamu.
Bagian Dalem adalah bagian tempat bersantai keluarga. Bagian ruangan yang bersifat lebih privasi.
15.Provinsi Daerah Istimewa Yogjakarta – Rumah Adat Bangsal Kencono dan Joglo.
Bangsal Kencono adalah rumah yang berbentuk padepokan. Rumah ini memiliki halaman yang luasnya 14000m2. Di halaman tersebut banyak terdapat sangkar burung dan tanaman yang menghiasi. Saat ana memasuki bangsal Kencono, anda akan menemukan dua buat patung yang terkenal dengan sebutan bupolo.
Patung tersebut menggenggam sebuah pemukul atau biasa disebut gada.
Menurut Sumber Sejarah, Bangsal Kencono dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1756M. Dibangunnya padepokan ini dulu ditujukan untuk acara keagamaan atau kesultanan. Tempat ini juga digunakan dalam “Jumenengan” yaitu acara naik tahta seorang sultan.
16.Provinsi Jawa Timur – Rumah Adat Joglo Situbondo
Rumah adat joglo adalah salah satu rumah adat yang dimiliki oleh daerah Jawa Timur. Rumah adat joglo di Jawa Timur banyak ditemukan di daerah Ponorogo.
Kebanyakan rumah joglo yang terdapat di Ponorogo adah rumah adat joglo yang memiliki dua ruangan yaitu :
Ruang depan (pendopo) yang difungsikana sebagai :
tempat menerima tamu
balai pertemuan (karena awalnya hanya dimiliki oleh bangsawan dan kepala desa)
tempat untuk mengadakan upacara – upacara adat
Ruang belakang yang terdiri dari :
kamar – kamar
dapur (pawon)
17.Provinsi Bali – Rumah Adat Gapura Candi Bentar
Candi bentar adalah sebutan bagi bangunan gapura berbentuk dua bangunan serupa dan sebangun tetapi merupakan simetri cermin yang membatasi sisi kiri dan kanan pintu masuk. Candi bentar tidak memiliki atap penghubung di bagian atas, sehingga kedua sisinya terpisah sempurna, dan hanya terhubung di bagian bawah oleh anak tangga.
18.Provinsi Nusa Tenggara Barat – Rumah Adat Dalam Loka Samawa

 Rumah istana Sumbawa atau Dalam Loka adalah rumah adat atau istana yang didirikan dan dikembangkan oleh pemerintahan Sultan Muhammad Jalaluddin Syah III di Pulau Sumbawa, tepatnya di  kota Sumbawa Besar. Terdapat pengertian dari Dalam Loka itu sendiri, yaitu kata “Dalam” yang memiliki arti istana atau rumah yang ada di dalam istana dan “Loka” yang memiliki arti dunia atau juga tempat. Sehingga dapat disimpulkan pengertian Dalam Loka merupakan istana atau tempat hunian raja. Namun, penggunaan rumah adat Dalam Loka saat ini difungsikan untuk menyimpan benda atau artifak bersejarah milik Kabupaten Sumbawa.
Dalam Loka disusun oleh bangunan kembar yang disokong atau ditahan oleh 98 pilar kayu jati dan 1 pilar pendek (pilar guru) yang dibuat dari pohon cabe. Jumlah dari seluruh tiang penyokong adalah 99 tiang yang mewakili 99 sifat Allah dalam Al-Qur’an (Asmaul Husna). Di Dalam Loka ini terdapat ukiran-ukiran yang merupakan ukiran khas daerah Pulau Sumbawa atau disebut lutuengal yang digunakan untuk ornamen pada kayu bangunannya. Ukiran khas Pulau Sumbawa ini biasanya motif bunga dan juga motif daun-daunan.
19.Provinsi Nusa Tenggara Timur – Rumah Adat Musalaki
Rumah Musalaki adalah rumah adat Nusa Tenggara Timur, rumah ini tempat tinggal Lurah, Camat, atau pembesar lainnya. Rumah ini berbentuk panggung, di bawahnya terdapat balai panjang tempat menerima tamu. Tiang-tiangnya berdiri di atas batu besar sehingga tidak perlu ditanam di dalam tanah. Atapnya terbuat dari jerami.

20.Provinsi Kalimantan Barat – Rumah Adat Istana Kesultanan Kadriah Pontianak
Istana Kesultanan Kadriah dari Pontianak, provinsi Kalimantan Barat ini pada awalnya dibangun pada tahun 1771 dan selalu senantiasa dibangun sambil direnovasi hingga resmi selesai pada tahun 1778. Istana ini terletak tidak jauh dari Masjid Jami, masjid yang cukup menjadi icon di Pontianak mungkin jaraknya tidak lebih dari 300 meter. Lokasinya dekat jalan Tritura, yang merupakan pertemuan dari 3 sungai. Nama daerahnya kampung Beting, Kelurahan Dalam Bugis, Pontianak Timur. Dari titik nol kota Pontianak jaraknya sekitar 7 kilometer berjalan menuju arah timur dan harus menyeberang sungai yang bisa dicapai lewat jembatan atau pun menggunakan perahu. Istana kesultanan Kadriah ini memang bukan lokasi wisata yang sangat ramai hingga padat dikunjungi wisatawan. Namun bukan berarti sepi, istana keraton ini meskipun pengunjungnya tidak pernah ramai tetapi pengunjung selalu berdatangan dan tidak pernah sepi.
21.Provinsi Kalimantan Tengah – Rumah Adat Betang
Rumah betang adalah rumah adat khas Kalimantan yang terdapat diberbagai penjuru Kalimantan dan dihuni oleh masyarakat Dayak terutama di daerah hulu sungai yang biasanya menjadi pusat pemukiman suku Dayak.
22.Provinsi Kalimantan Selatan – Rumah Adat Banjar Bubungan Tinggi 
Rumah Bubungan Tinggi adalah salah satu jenis rumah Baanjung yaitu rumah tradisional suku Banjar (disebut rumah Banjar) di Kalimantan Selatan dan bisa dibilang merupakan ikonnya Rumah Banjar karena jenis rumah inilah yang paling terkenal karena menjadi maskot rumah adat khas provinsi Kalimantan Selatan. Di dalam kompleks keraton Banjar dahulu kala bangunan rumah Bubungan Tinggi merupakan pusat atau sentral dari keraton yang menjadi istana kediaman raja (bahasa Jawa: kedhaton) yang disebut Dalam Sirap (bahasa Jawa: ndalem) yang dahulu tepat di depan rumah tersebut dibangun sebuah Balai Seba pada tahaun 1780 pada masa pemerintahan Panembahan Batuah.
23.Provinsi Kalimantan Timur – Rumah Adat Lamin
Rumah Lamin adalah rumah adat dari Kalimantan Timur. Rumah Lamin adalah identitas masyarakat Dayak di Kalimantan Timur.Rumah Lamin mempunyai panjang sekitar 300 meter, lebar 15 meter, dan tinggi kurang lebih 3 meter. Rumah Lamin juga dikenal sebagai rumah panggung yang panjang dari sambung menyambung.Rumah ini dapat ditinggal oleh beberapa keluarga karena ukuran rumah yang cukup besar.Salah satu rumah Lamin yang berada di Kalimantan Timur bahkan dihuni oleh 12 sampai 30 kelurga.Rumah Lamin dapat menampung kurang lebih 100 orang.Pada tahun 1967, rumah Lamin diresmikan oleh pemerintah Indonesia.
24.Provinsi Sulawesi Utara – Rumah Adat Pewaris
Rumah ini merupakan rumah panggung yang dibangun di atas tiang dan balok-balok yang di antaranya terdapat balok-balok yang tidak boleh disambung.
Rumah Pewaris memiliki 2 buah tangga. Letaknya di sisi kiri dan kanan bagian depan rumah. Eh, terdapat dua tangga. konon, kalau ada roh jahat yang naik dari salah satu tangga, maka ia akan kembali turun di tangga sebelahnya. Hihihi.. Dulunya, rumah adat Minahasa  ini hanya terdiri dari satu ruangan saja. Kalau pun harus dipisahkan, biasanya hanya dibentangkan tali rotan atau tali ijuk saja, yang kemudian digantungkan tikar.Sekarang ini, Rumah Pewaris  memiliki beberapa ruang. Misalnya, Setup Emperan  yang digunakan untuk menerima tamu.
25.Provinsi Sulawesi Barat – Rumah Adat Tongkonan
Tongkonan adalah rumah adat masyarakat Toraja. Atapnya melengkung menyerupai perahu, terdiri atas susunan bambu (saat ini sebagian tongkonan menggunakan atap seng). Di bagian depan terdapat deretan tanduk kerbau. Bagian dalam ruangan dijadikan tempat tidur dan dapur. Tongkonan digunakan juga sebagai tempat untuk menyimpan mayat. Tongkonan berasal dari kata tongkon (artinya duduk bersama-sama). Tongkonan dibagi berdasarkan tingkatan atau peran dalam masyarakat (stara sosial Masyarakat Toraja). Di depan tongkonan terdapat lumbung padi, yang disebut ‘alang‘. Tiang-tiang lumbung padi ini dibuat dari batang pohon palem (banga) saat ini sebagian sudah dicor. Di bagian depan lumbung terdapat berbagai ukiran, antara lain bergambar ayam dan matahari (disebut pa’bare’ allo), yang merupakan simbol untuk menyelesaikan perkara.
26.Provinsi Sulawesi Tengah – Rumah Adat Tambi
Tambi merupakan rumah adat tradisional yang ada di wilayah Lore. Arsitektur bangunannya memiliki keunikan tersendiri dimana dinding rumah juga sekaligus berfungsi sebagai atap. Tambi mempunyai kelainan dan keunikan tersendiri, karena kerangka bagian atas rumah (tiang bumbungan dan kaso-kaso), hanya menumpang di atas balok bundar yang tersusun sebagai belandar sekaligus berfungsi sebagai pondasi dan tiang.Pada prinsipnya, Rumah Adat Tambi adalah rumah tempat tinggal raja, para bangsawan maupun rakyat biasa. Yang membedakan rumah adat para bangsawan dengan rumah adat yang dihuni oleh masyarakat biasa terletak pada bentuk bumbungan rumah. Bumbungan atap rumah adat (Tambi) yang ditinggali oleh para bangsawan dipasangkan tanduk kerbau, sedangkan rumah adat milik rakyat biasa tidak menggunakan tanduk kerbau di bagian atas atapnya.
27.Provinsi Sulawesi Tenggara – Rumah Adat Istana Buton / Malige
Rumah adat Buton atau Buton merupakan bangunan di atas tiang, dan seluruhnya dari bahan kayu. Bangunannya terdiri dari empat tingkat atau empat lantai. Ruang lantai pertama lebih luas dari lantai kedua. Sedangkan lantai keempat lebih besar dari lantai ketiga, jadi makin ke atas makin kecil atau sempit ruangannya, tapi di lantai keempat sedikit lebih melebar. Seluruh bangunan tanpa memakai paku dalam pembuatannya, melainkan memakai pasak atau paku kayu. Tiang-tiang depan terdiri dari 5 buah yang berjajar ke belakang sampai delapan deret, hingga jumlah seluruhnya adalah 40 buah tiang. Tiang tengah menjulang ke atas dan merupakan tiang utama disebut Tutumbu yang artinya tumbuh terus. Tiang-tiang ini terbuat dari kayu wala dan semuanya bersegi empat. Untuk rumah rakyat biasa, tiangnya berbentuk bulat. Biasanya tiang-tiang ini puncaknya terpotong. Dengan melihat jumlah tiang sampingnya dapat diketahui siapa atau apa kedudukan si pemilik. Rumah adat yang mempunyai tiang samping 4 buah berarti rumah tersebut terdiri dari 3 petak merupakan rumah rakyat biasa. Rumah adat bertiang samping 6 buah akan mempunyai 5 petak atau ruangan, rumah ini biasanya dimiliki oleh pegawai Sultan atau rumah anggota adat kesultanan Buton. Sedangkan rumah adat yang mempunyai tiang samping 8 buah berarti rumah tersebut mempunyai 7 ruangan dan ini khusus untuk rumah Sultan Buton.
28.Provinsi Sulawesi Selatan – Rumah Adat Tongkonan
Tongkonan berasal dari kata “tongkon” yang berarti duduk. Rumah tongkonan sendiri difungsikan sebagai pusat pemerintahan (to ma’ parenta), kekuasaan, dan strata sosial pada elemen masyarakat toraja. Rumah adat Tongkonan tidak bisa dimiliki secara pribadi/perorangan karena rumah ini adalah warisan nenek moyang dari setiap anggota keluarga atau keturunan mereka. Fungsi Tongkonan Rumah Tongkonan bukan hanya sekedar berfungsi sebagai rumah adat. Dalam budaya mereka, masyarakat toraja menganggap rumah tongkonan sebagai ibu, sedangkan alang sura (lumbung padi) adalah bapaknya. Deretan tongkonan dan alang pun saling berhadapan karena dianggap sebagai pasangan suami istri. Alang menghadap ke selatan, sedangkan tongkonan menghadap ke utara
29.Provinsi Gorontalo – Rumah Adat Dulohupa dan Rumah Pewaris
Rumah adat Dulohupa dibangun berupa rumah panggung. Hal ini dilakukan sebagai penggambaran dari badan manusia yaitu atap menggambarkan kepala, badan rumah menggambarkan badan, dan  pilar penyangga rumah menggambarkan kaki. Selain itu bentuk rumah panggung juga dipilih untuk menghindari terjadinya banjir yang kala itu sering terjadi.
30.Provinsi Maluku – Rumah Adat Baileo
Rumah Baileo adalah rumah adat Maluku dan Maluku Utara, Indonesia.Rumah Baileo merupakan representasi kebudayaan Maluku dan memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat.Rumah Baileo adalah identitas setiap negeri di Maluku selain Masjid atau Gereja.Baileo berfungsi sebagai tempat penyimpanan benda-benda suci, tempat upacara adat, sekaligus sebagai balai warga.Ciri utama rumah Baileo adalah ukurannya besar, dan memiliki bentuk yang berbeda jika dibandingkan dengan rumah-rumah lain di sekitarnya.
31.Provinsi Maluku Utara – Rumah Adat Baileo 
Rumah Baileo atau bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia artinya adalah balai. Pengambilan nama balai atau Baileo ini disesuaikan karena rumah adat Baileo ini dibangun dan digunakan oleh penduduk setempat sebagai tempat pertemuan dan bermusyawarah dengan dewan adat penduduk setempat dan bukan sebagai hunian penduduk. Selain itu rumah adat Baileo ini juga digunakan untuk menggelar acara adat dan sebagai tempat penyimpanan benda antik dan keramat seperti benda pusaka dan senjata peninggalan leluhur.
32.Provinsi Papua Barat – Rumah Adat Honai
Rumah Honai terbuat dari kayu dengan atap berbentuk kerucut yang terbuat dari jerami atau ilalang. Honai sengaja dibangun sempit atau kecil dan tidak berjendela yang bertujuan untuk menahan hawa dingin pegunungan Papua. Honai biasanya dibangun setinggi 2,5 meter dan pada bagian tengah rumah disiapkan tempat untuk membuat api unggun untuk menghangatkan diri. Rumah Honai terbagi dalam tiga tipe, yaitu untuk kaum laki-laki (disebut Honai), wanita (disebut Ebei), dan kandang babi (disebut Wamai).
Rumah Honai biasa ditinggali oleh 5 hingga 10 orang. Rumah Honai dalam satu bangunan digunakan untuk tempat beristirahat (tidur), bangunan lainnya untuk tempat makan bersama, dan bangunan ketiga untuk kandang ternak. Rumah Honai pada umumnya terbagi menjadi dua tingkat. Lantai dasar dan lantai satu dihubungkan dengan tangga dari bambu. Para pria tidur pada lantai dasar secara melingkar, sementara para wanita tidur di lantai satu.
33.Provinsi Papua – Rumah Adat Honai
Rumah adat Papua tersebut bernama rumah Honai. Rumah Honai sendiri sebutan bagi rumah para pria Papua dewasa yang berbentuk seperti kerucut dan dibangun dari material yang murni 100% dari alam. Berdasarkan fungsinya sendiri, rumah Honai dapat dibedakan menjadi 3, yaitu rumah bagi Pria (yang disebut Honai), rumah bagi wanita (Ebei), dan rumah yang khusus digunakan untuk kandang hewan atau babi (Wamai).
34. Kalimantan Utara – Rumah Adat Baloy
Rumah adat Kalimantan Utara adalah Rumah Baloy Mayo, yaitu rumah adat atau umumnya disebut balai adat dari suku tidung, yaitu suku asli yang menempati wilayah Kalimantan utara. Rumah adat Baloy Mayo ini terdapat di kota Tarakan dan berada di kawasan wisata balai adat suku tidung. Di dalam kawasan ini terdapat replika beberapa bangunan yang mewakili rumah adat suku tidung dengan ukuran bangunan yang sedikit lebih kecil dari bangunan originalnya


Sumber https://www.jatikom.com/2015/11/gambar-rumah-adat-indonesia-34-provinsi.html#ixzz5Daug2PBh

You May Also Like

0 komentar